Thursday, 26 September 2013

Kapten Angkatan Udara Nazi

Hauptmann Hans Joachim Marseille
(Ksatria Udara Langit Afrika)

      Setiap manusia terlahir dalam kehidupan dan berakhir pada kematian. Hans Joachim Marseille (Jochen) adalah seorang perwira yang menjadi teladan bagi para ksatria udara lainnya. Hampir tidak ada seseorang yang bisa menyamakan karirnya ini. Seorang perwira berpangkat Kapten ini menjadi terkenal lewat berbagai pertempuran yang pernah dilakoninya di udara. Seni perang udara terindah yang dibuatnya, membuat semua orang hampir tidak percaya. Keyakinan dan Kekuatan dalam diri Marseille ini telah membuatnya menjadi satu-satunya orang yang mendapat julukan sebagai "Bintang Afrika".

Jochen setelah selesai melaksanakan misi penerbangannya

      Pertempuran yang telah dilakoni Hans Joachim Marseille cukup banyak dan sangat menakjubkan. Akibat dari aksinya yang cukup menawan ini, Adolf Hitler segera memberikan penghargaan kepadanya berupa medali Ritterkreuz mit Eichenlaub, Schwertern und Brillanten (Knight’s Cross with Oak Leaves, Swords, and Diamonds) sekitar tahun 1942.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifzlrq-IEbivECngv9F-gPPRuw-_GiFQKouJm0oQ_Swdk0jpncveIODRdaZzCy0QmOygeciqP3yPK3Ur95wBRo-CH_CwAwtjWteiScPqqHn5M1oU8Q8VWEd6oKjQJSDGCFnNgpPTQ8mWKP/s400/Hans-Joachim+Marseille+receiving+the+Swords+to+the+Knights+Cross+with+Oak+Leaves+from+Hitler,+July+1942.jpg
Jochen menerima penghargaan dari Hitler

       Jumlah kemenangan yang diperoleh Jochen adalah 158 kali. Kemenangan terakhirnya ini terjadi pada tanggal 26 September 1942. Pada saat itu, pilot pesawat Spitfire (Inggris) yang dihadapinya merupakan lawan paling tangguh yang pernah dia jumpai. Dogfight berlangsung lebih lama dari biasanya, dengan kedua pesawat saling mengeluarkan kemampuan terbaik. Akhirnya Jochen yang keluar sebagai pemenang, dan sang pilot Inggris terbunuh bersama pesawatnya yang jatuh ke bumi. Setelah Jochen pulang kembali ke pangkalannya, teman-temannya masih melihat ketegangan yang terlihat di wajah pucatnya. Tangannya bergetar saat menyundut sebatang rokok. Ketika diminta untuk menceritakan tentang peristiwa saat itu, dia hanya berkata, "Seorang musuh yang sangat berpengalaman dan memaksakan diri. Tak pernah ada sebelumnya, musuh yang bertempur seperti dirinya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."

  
Pesawat tempur Bf-109F milik Jochen

       Messerschmitt Bf-109 adalah pesawat tempur pada era perang dunia kedua. Bf-109 mulai dikembangkan pada tahun 1930-an dan didesain oleh Willy Messerschmit dan Robert Lusser. Bf-109 menjadi tulang punggung Luftwaffe dengan berbagai peran, yaitu sebagai bomber escort , fighter dan bisa pula dijadikan ground attack aircraft. Maka dari itu, pesawat ini tetap diproduksi sampai tahun 1945. Bf-109F dipersenjatai dengan 5 senapan mesin dengan 2 didekat mesin dan 1 senapan mesin ditutupi dengan spinner yang berkaliber 20 mm.

Jochen dan Pesawatnya

      Pesawat ini bermesin Daimler-Benz DB 601 601E atau 601N powerplants. Pesawat ini mampu mencapai kecepatan maksimal +600km/h dengan ketinggian maksimal +20,000 ft. Pesawat ini juga digunakan oleh "Ksatria Udara Afrika", yaitu Hans Joachim Marseille dalam front afrika utara. Sebagian Bf-109 pernah diganti oleh pesawat tempur baru yaitu Focke Wulf Fw-190. Bf-109F diperkenalkan dengan garis aerodinamis yang bersih, dan ekor pesawat yang "unbraced" dan dengan roda belakang yang dapat ditarik masuk.

Dogfight  Messerschmitt Bf-109F vs Supermarine Spitfire

      Perang dunia kedua di medan pertempuran afrika menyisahkan kenangan sang Jochen yang hingga saat ini masih tercatat dalam sejarah. Jochen memiliki reputasi yang baik dan sempurna. Pertempuran demi pertempuran dia jalani dengan semangat yang begitu membara, membuat gentar lawan dan disanjungi oleh kawan.

Jochen hendak berangkat bertempur


      Ketampanan Hans Joachim Marseille yang terkenal diperoleh dari darah Huguenot Prancis ayahnya, Siegfried Marseille. Ayahnya merupakan seorang Jenderal Luftwaffe dalam Perang Dunia II. Hal ini pula yang membawa nama "Marseille", nama yang cukup asing bagi seorang warga Jerman. Dia bergabung dalam kesatuan Luftwaffe pada tahun 1938. Pada usia 20 tahun, dia berhasil menyelesaikan pendidikannya di salah satu sekolah pilot tempur Luftwaffe. Catatan awalnya tidak menunjukkan hal yang istimewa, dan Jochen masih seorang pemuda yang kurang pengalaman. Sifat yang lebih menonjol dari Jochen di masa awalnya lebih pada sifat urakan. Jochen sering mengandalkan ketampanannya untuk memikat wanita. Dia sering terlalu sibuk dengan kegiatan malam harinya, sehingga terkadang menjadi lelah pada pagi hari dan tidak dapat terbang atau bertempur. Akibat dari perbuatannya itu, Jochen dipindahkan ke unit lain. Unit ini kemudian akan mendapat penugasan di tanah Afrika Utara pada tahun 1941 yang jauh dari tanah eropa.
      Di bawah bimbingan komandan barunya ini, Potensi tersembunyi Jochen yang dahsyat akhirnya dapat diketahui. Dia mulai mengembangkan berbagai macam kemampuan tempur sebagai seorang pilot pesawat pemburu yang handal. Kejeniusannya mulai terlihat, sehingga sifat urakan yang dimiliki mulai tertutup. Puncak prestasi Jochen diperoleh pada tanggal 1 September 1942, ketika menjalani tiga misi tempur dalam satu hari. Dalam misinya, Jochen berhasil menembak jatuh 17 pesawat musuh. Suatu prestasi yang hebat, sehingga membuat Adolf Hitler tidak ragu untuk memberikan penghargaan Ritterkreuz mit Eichenlaub, Schwertern und Brillanten (Knight’s Cross with Oak Leaves, Swords, and Diamonds), hanya 29 hari berselang.

Jochen sedang menceritakan pengalamannya kepada anggota Hitlerjugend Flieger di Berlin
    
      Kisah hidup Hans Joachim Marseille tidak bertahan lama. Kehidupannya berakhir dalam sebuah tragedi yang menyedihkan. Dia terbunuh dalam sebuah kecelakaan di udara. Dalam suatu misi, tiba-tiba terjadi kerusakan mesin yang memaksanya untuk meninggalkan pesawat di udara. Setelah dia keluar dari kokpit yang sudah dipenuhi asap tebal, dada Jochen terkena stabilisator vertikal pesawat miliknya sendiri dalam suatu tumbukan keras. Hal ini yang mungkin membunuhnya seketika, atau membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak dapat membuka parasut saat berada di udara. Jochen tidak tewas di tangan musuh, tetapi tewas karena faktor pesawatnya sendiri.
Upacara pemakaman Jochen di Derna, Afrika Utara


      Oberleutnant Ludwig Franzisket ditugaskan untuk menjemput jenazah Jochen dari tempat kejadian. Mayat Jochen lalu dibaringkan di Staffelnya. Sepanjang hari itu rekan-rekan seperjuangannya berdatangan untuk menyampaikan penghormatan terakhir mereka kepada "Bintang Afrika". Sebagai pernghargaan, mereka memutar lagu "Rhumba Azul" yang merupakan lagu favorit Jochen. Lagu tersebut diputar satu hari penuh. Pemakaman Jochen sendiri berlangsung tanggal 1 Oktober 1942 di Makam Pahlawan Derna dengan dihadiri oleh Generalfeldmarschall Albert Kesselring dan Eduard Neumann yang menyampaikan kata-kata eulogi.



 


Generalfeldmarschall Albert Kesselring memberikan eulogi terakhir sebelum peti jenazah Jochen dimakamkan



      Entri terakhir di buku terbang Jochen ditulis oleh Eduard Neumann yang berbunyi: "Durasi terbang 54 menit, waktu pendaratan ‘salib hitam’. Terjun dengan parasut 7 kilometer (4,3 mil) selatan Sidi Abdel Rahman. Catatan: Kerusakan mesin. Penerbangan 1-482. terlibat dalam 388 pertempuran udara dengan 158 kemenangan: Dicatat di lapangan tanggal 30 September 1942".



Kematian Jochen membuat seluruh pilot Jerman larut dalam kesedihan


        Penelitian atas kecelakaan tersebut segera dilakukan. Laporan komisi (Aktenzeichen 52, Br.B.Nr.270/42) menyimpulkan bahwa jatuhnya pesawat dikarenakan oleh salah perhitungan di roda gigi (persneling), yang menyebabkan kebocoran oli. Hal ini kemudian membuat terlepasnya beberapa gigi dari roda pacu sehingga menimbulkan percikan api dan asap. Kemungkinan sabotase manusia tidak ada. Pesawat W. Nr. 14256 diberangkatkan ke unit via Bari, Italia. Misi yang berujung pada hancurnya pesawat tersebut adalah misi pertama dari pesawat itu.

 
Makam Jochen di Pemakaman Derna, Afrika Utara

     Banyak dari jagoan Luftwaffe lain, seperti Adolf Galland dan Erich Hartmann yang mengakui bahwa Hans Joachim Marseille adalah pilot terbaik dan akan tetap dikenang sepanjang waktu. Günther Rall berkata, "Marseille adalah pilot yang luar biasa dan penembak yang sangat jitu. Bahkan aku sempat berpikir dia adalah penembak terbaik di Luftwaffe."

Tugu peringatan piramid tempat jatuhnya Jochen di Sidi Abdel Rahman, Mesir


       Kematian Jochen sendiri menyebabkan keruntuhan moral di seluruh Geschwader. Tidak heran jika dalam jangka waktu satu bulan, JG 27 dipindahkan dari Afrika. Karena hal ini! Selain itu, kematian dua orang jago Jerman lainnya, Günter Steinhausen dan Hans-Arnold Stahlschmidt (sahabat Jochen) tiga minggu sebelumnya menjadi pemicu lain. Hal ini menunjukkan bahwa Geschwader 27 sangat tergantung pada Jochen, sesuatu yang sebenarnya tidak boleh terjadi dan seakan menjadi salah Jochen, meskipun memang tidak dapat dihindari bila kita melihat gaya bertarung Jochen yang unik. Semakin sukses dia dalam pertempuran, semakin dia menjadi andalan seluruh skuadron dalam menghadapi armada pesawat Sekutu yang mempunyai kekuatan berlipat ganda. Karena itu kematian Jochen memberi pukulan telak dan menghancurkan pada unitnya, sesuatu yang tidak dapat mereka tanggung. Tidak akan ada lagi seorang Jochen yang menyerbu seluruh formasi musuh hanya seorang diri, tak akan ada lagi seorang Jochen yang menjadi penyala semangat bahwa di Afrika kekuatan udara Jerman masih diperhitungkan, tidak akan ada lagi pilot luar biasa yang tiap pulang ke pangkalan mengepakkan sayap pesawatnya berkali-kali sebagai tanda bahwa dia telah meraih kemenangan berlipat hari itu. Tidak akan ada lagi!!!

1 comment:

Mayor's Pet